Jumat, 06 Agustus 2010

Bab I Amrullah Ahmad (hidayat)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah yang berisi tentang petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang beradab, berkualitas dan selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju untuk menjadi sebuah tatanan kehidupan yang adil. Sebuah tatanan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju, bebas dari berbagai ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiran.[1]

Dakwah di dalam Islam merupakan masalah besar yang menyangkut hajat kepentingan masyarakat luas. Sebab pada kenyataannya Islam tidak mungkin berkembang tanpa adanya dakwah Islamiyah yang disebarkan oleh para tokoh-tokoh dakwah, karena dalam kehidupan Rasulullah amat sarat dengan kegiatan dakwah. Demikian pula yang dikembangkan oleh para sahabat, dan para penerus beliau.[2]

Salah satu tugas manusia sebagai khalifatullah di muka bumi adalah berdakwah yakni mengajak pada perbuatan baik (amar ma’ruf) serta mencegah perbuatan munkar (nahyi munkar).[3]

Dakwah Islam sendiri merupakan dakwah robbaniyyah yaitu cara untuk mengenalkan manusia terhadap Tuhannya, dan dakwah ‘alami (universal) diarahkan kepada seluruh manusia menurut ketentuan dakwah, manusia adalah satu saudara, satu asal, satu ayah, dan satu keturunan. Tidak ada yang lebih utama kecuali takwa kepada Allah SWT.[4]

Dulu dakwah adalah tugas para Rasul dan Nabi Allah. Tetapi setelah Islam datang, dakwah bukan hanya tugas yang dibebankan kepada Rasulullah SAW, melainkan menjadi tugas dari seluruh pengikutnya tanpa kecuali[5]. Surat ali-Imran ayat 104 bisa dijadikan dasar bahwa dakwah adalah tugas kolektif seluruh kaum muslim, sebagaimana ditegaskan dalam ayat berikut:

`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”.(Ali-Imran: 104)[6].

Oleh karena itu, dakwah merupakan sebuah keharusan bagi umat Islam.[7] Dengan demikian dakwah diperlukan disiplin ilmu yang dapat memperkuat keilmuan dakwah baik yang bersifat teoritik dan aplikatif (praktik), baik menyangkut ilmu tabligh, ilmu pengembangan masyarakat Islam maupun ilmu manajemen dakwah.[8]

Hal senada juga diungkapkan oleh M. Arifin dalam bukunya Psikologi Dakwah, mengungkapkan bahwa dakwah merupakan kegiatan yang bersifat mengajak baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah-laku dan sebagainya. Dakwah dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik sacara individual maupun kelompok agar timbul di dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama yang dibawa oleh aparat dakwah.

Dalam menjalankan aktifitas dakwah, terdapat tantangan, halangan, dan rintangan yang datang secara silih berganti sesuai dengan keadaan dan kebutuhan zaman. Namun demikian apapun alasannya, amar ma’ruf nahi munkar harus tetap dilaksanakan dalam kondisi bagaimanapun, kapanpun, dan dimanapun.

Maka dari itu, diperlukan sebuah upaya pengelolaan (manajemen) yang efektif dan efisien dengan memperhatikan semua unsur yang terkait di dalamnya. Semua unsur tersebut itu merupakan satu integritas yang saling mendukung dan tidak dapat di pisahkan.

Adapun unsur-unsur yang di maksud adalah sebagai berikut; Pertama, Da’i (komunikator) adalah subjek dakwah, yakni orang yang menyampaikan pesan dakwah (materi dakwah); Kedua, materi dakwah (ajaran Islam), merupak isi pesan yang hendak disampaikan; Ketiga, metode dakwah, yaitu suatu rangkaian cara yang digunakan oleh da’i untuk mengampaikan pesan tersebut; Keempat, media dakwah, yaitu perangkat keras (alat) yang digunakan untuk menunjang penyampaian isi pesan dakwah; dan Kelima adalah mad’u (komunikan), yaitu objek dakwah atau orang yang akan menjadi sasaran dari aktifitas dakwah.[9]

Aktifitas dakwah yang berkembang di tengah masyarakat sekarang telah berkembang dalam bentuk beraneka ragam. Tetapi persoalannya apa yang selama ini telah mekar tersebut ternyata masih belum mampu mencerahkan, mengentaskan, memberdayakan dan mendewasakan masyarakat. Kenyataan yang ada, banyak aktifitas dakwah yang digerakan oleh berbagai elemen ormas yang terjebak karena pelembagaan organisasi yang kaku, dan membatasi gerak umat.[10]

Fenomena yang terjadi saat ini, arus globalisasi melaju begitu cepat seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Hal itu ibarat pedang bermata dua, satu sisi memiliki kekuatan konstruktif dalam menata peradaban manusia, sisi yang lain mampu menghancurkan tatanan sosial yang telah berkembang.

Penemuan baru dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi telah menggiring masyarakat untuk melakukan berbagai perubahan budaya yang diawali dengan perubahan budaya komunikasi dalam berdakwah.[11]

Secara historis kehadiran dan peran dakwah senantiasa berinteraksi dengan dinamika atau perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Dalam kehidupan Rasulullah Saw, batapa penting kehadiran peran dakwah memiliki arti yang signifikan bagi kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak hanya diperkenalkan dan diajarkan tentang bagaimana hidup bermasyarakat dan bernegara.[12]

Untuk mencapai usaha tersebut, menurut Amrullah Ahmad yang lahir di Banjarnegara pada 5 Oktober 1954, seorang yang aktif dibidang dakwah sejak tahun 1983-1995. Kemudian beliau adalah pakar pemikir dakwah dan penggagas kurikulum dakwah pada tahun 1994. Sekaligus editor buku (Dakwah Islam dan Perubahan Sosial) 1983, hingga sekarang beliau juga masih concern terhadap persoalan-persoalan Islam di Indonesia, yaitu sebagai Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Menurut beliau bahwa untuk menganalisa keadaan dakwah Islam yang permasalahannya yang semakin kompleks di tengah-tengah perubahan sosial, diperlukan suatu kerangka analisa makro untuk menjebatani kesenjangan antara pemikiran dengan realitas dakwah.

Pendekatan ini berangkat dari anggapan dasar bahwa dakwah Islam merupakan suatu sistem usaha merealisasikan ajaran Islam pada semua dataran kenyataan kehidupan manusia. Dalam pendekatan ini di gunakan teori umum sistem yang bersifat analitis, yaitu mengadakan konstruksi intelektual yang tersusun dari aspek-aspek realitas dakwah Islam[13]. Dengan demikian, perubahan sosial dan proses dakwah dapat diketahui alurnya, hasil-hasil dakwah, dan juga dapat diukur dan dianalisa. Demikian juga dampak perubahan dari sistem politik terhadap sistem dakwah dapat diidentifikasi secara jelas. Oleh karena itu, metode ini sangat tepat sekali untuk pengembangan konsep dan teori dakwah dalam rangka pengembangan keilmuan dakwah. Sedangkan secara praktis metode ini sangat bermanfaat bagi perumusan kebijakan dan program dakwah islam[14].

Maka hal itu sesuai dengan tujuan dakwah Islam sendiri, yaitu mewujudkan pribadi muslim, keluarga muslim, jama’ah muslim, masyarakat yang berkualitas khaera ummah dan daulah thayyibah yang menerapakan syari’ah, sehingga tercapailah Fallah dan khasanah di dunia dan di akhirat.[15]

Dari permasalahan-permasalahan yang penulis paparkan di atas, pemikiran Amrullah Ahmad yang terkait dengan problem bangunan filosofis sistem dakwah Islam, dapat menjadi alternatif untuk pengembangan dakwah Islam. Karena sesungguhnya persoalan-persoalan yang nampak dalam praktek dakwah Islam itu di sebabkan oleh lemahnya landasan filosofis tersebut. Dari situlah, penulis tertarik untuk menyelami dan menziarahi pemikiran Amrullah Ahmad lebih dalam lagi untuk mengetahui seberapa besar peran dan konsep yang beliau gagas, terkait dengan persoalan-persoalan sistem dakwah Islam. Kemudian alasan akademik pula penulis memilih sosok Amrullah Ahmad dalam kajian dakwahnya. Dan lebih sepesifik lagi, seperti apa sebenarnya pemikiran Amrullah Ahmad tentang dakwah Islam itu sendiri.


B. Penegasan Istilah

Untuk memberikan gambaran yang lebih operasional tentang berbagai konsep yang terdapat dalam rumusan masalah, penulis perlu memberikan beberapa penegasan istilah tersebut, yaitu:

1. Pemikiran

Pemikiran, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, diartikan sebagai cara atau hasil berfikir. Dengan kata lain, berfikir adalah proses atau hasil refleksi manusia tentang sesuatu sehingga menimbulkan gagasan, ide-ide atau konsep-konsep yang tertuang dalam tulisan-tulisan.[16]

Dengan demikian, yang dimaksud dengan pemikiran adalah cara atau hasil berfikir Amrullah Ahmad terhadap sesuatu, sehingga melahirkan gagasan-gagasan, ide-ide atau konsep-konsep yang baru mengenai sistem dakwah baik ontologi, epistimologi, dan aksiologi dakwah.

2. Dakwah Islam

Istilah “dakwah” berasal dari bahasa arab da’wah, merupakan bentuk masdar dari kata kerja da’â, yad’û, da’watan. Berarti seruan, ajakan, atau panggilan[17].

Dakwah Islam sebagai usaha kegiatan orang beriman dalam mewujudkan ajaran Islam dengan menggunakan sistem dan cara tertentu dalam kenyataan hidup perorangan (fardiyah), keluarga (usrah), kelompok (thaifah), masyarakat (mujtama’) dan Negara (daulah) merupakan kegiatan yang menajdi (instrumental) terbentuknya komunitas dan masyarakat muslim serta peradabannya. Tanpa adanya dakwah maka masyarakat muslim tidak dimungkinkan kebaradaanya. Dengan demikian, dakwah merupakan pergerakan yang berfungsi menstransformasikan Islam sebagai ajaran (doktrin) menjadi kenyataan tata masyarakat dan peradabannya yang mendasarkan pada pandangan dunia Islam merupakan faktor dinamik dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas khaira ummah dan daulah thayyibah[18].

Jadi, dakwah Islam adalah menyeru dan mengajak sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam untuk membudayakan dan mewariskan ajaran Islam pada masyarakat, baik yang dilakukan individu atau kelompok dan diselenggarakan secara sadar sistematis dan terencana pada (komunikan/audien), untuk mengenalkan manusia terhadap tuhannya.

C. Rumusan Masalah

Sampai sekarang diakui atau tidak masih banyak masyarakat mempersepsikan dakwah sebagai kegiatan pidato, retorika, atau khutbah di atas podium yang bersifat verbal/lisan dan komunal saja. Padahal dakwah dapat dilaksanakan lebih daripada itu. Selain dengan lisan (bil-lisan), dakwah juga dapat dilaksanakan dengan perbuatan (bil-haal), bahkan juga bisa dengan tulisan (bil-qalaam).

Di tengah era yang bervariasi dalam pertarungan global, tentunya harus bisa menawarkan gagasan baru dalam melakukan dakwah. Baik di media elektronik, media cetak, lembaga dakwah, ataupun dalam strukur sebuah lembaga Islam yang memberikan peluang untuk ide baru dalam berdakwah. Amrullah Ahmad misalnya, pengurus MUI Pusat, aktifis dakwah dan sekaligus sebagai da’i, ada kesamaan visi dan misi beliau dalam lembaga tersebut (simbiosis mutualisme). Dari identifikasi di atas maka Penulis akan menganalisis keunggulan pemikiran Amrullah Ahmad dalam melakukan formulasi sistem dakwah Islam.

Dari identifikasi di atas, berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka masalah yang penulis pilih untuk dijadikan fokus dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pemikiran Amrullah Ahmad Mengenai Dakwah Islam?”.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelami Pemikiran Amrullah Ahmad Tentang Dakwah Islam.

2. Manfaatnya Penelitian

a. Secara akademik dapat menambahkan dan memperkaya wacana dan khazanah keilmuan Islam, khususnya yang berkaitan dengan sistem dakwah Islam.

b. Diharapkan menjadi media pembangunan keilmuan pada wilayah praktik dakwah, khususya perumusan kebijakan dan program dakwah Islam.

c. Menambah wawasan yang dimiliki penulis tentang dakwah Islam.

d. Memberikan kontribusi bagi siapapun yang mengkaji pemikiran Amrullah Ahmad, khususnya tentang Dakwah Islam

E. Telaah Pustaka

Pembicaraan seputar dakwah Islam, sesungguhnya sudah cukup banyak dikemukakan oleh para peneliti. Berbagai perspektif telah digunakan untuk membaca persoalan-persoalan dakwah Islam, dari yang bertitel sosial, politik, agama, sampai pada dataran landasan filosofis, baik yang ditulis dalam buku, makalah, jurnal, artikel maupun media lainnya. Semua itu dilakukan dalam rangka pengembangan sistem dakwah Islam dari kebekuan dan ketertinggalan menuju modernisasi sistem dakwah Islam yang mampu memberdayakan umat. Sepanjang yang penulis ketahui, sampai penulis melakukan penelitian ini, masih sangat jarang peneliti yang secara khusus mengkaji pemikiran Amrullah Ahmad, kalaupun ada, hal tersebut hanya bersifat parsial, Amrullah Ahmad dalam bukunya (Dakwah Islam dan Perubahan Sosial-Seminar dan Diskusi), (Editor), 1985. Amrullah Ahmad mengkaji mengenai pengertian dakwah Islam dalam perubahan sosial. Dalam bukunya Samsul Munir Amin. yang berjudul (Ilmu Dakwah) 2009. Samsul Munir Amin mengkaji pemikiran Amrullah Ahmad sebatas kepentingan pemetaan pengertian dakwah Islam.[19] Asep Muhyidin, dalam bukunya yang berjudul, (Dakwah dalam Persepektif al-Qur’an), 2002. Mengupas tentang posisi al-Qur’an dalam konteks dakwah, disamping menjadi materi dakwah yang harus disampaikan, juga sebagai pesan moral yang mengandung nilai filosofi dakwah[20]. Abdul Basit, Tesis, tidak dipublikasikan, (Pemikir Abu A’la al-Maududi Tentang Dakwah Islamiyah), 2000. Beliau mengkaji tentang pemikiran Abu A’la al-Maududi, dari konsep pemikiran sampai pengertian dakwah islamiyah menurut Abu A’la al-Maududi bahwa dakwah adalah suatu revolusi yang terus menerus dibawah bimbingan Allah SWT, guna terciptanya tatanan yang islami pada individu maupun masyarakat. Sedangkan, Rosyidi, mengupas Metode Dakwah Sufistik Jalaludin Rakhmat, cendekiawan dan mubaligh yang dianugrahi keahlian menulis lincah dan kemampuan retorika menawan. Diulas juga pergeseran karirnya dari mubaligh fiqh menjadi mubaligh tasawuf, serta berbagai kontroversi yang mengiringi perjalanan dakwah sang pakar komunikasi dan politik. Dengan judul (Dakwah Sufistik Kang Jalal), 2004[21]. Sedang yang akan penulis teliti adalah pemikiran Amrullah Ahmad mengenai Dakwah Islam secara lebih komprehensip.

Sebetulnya, wilayah kajian dakwah dapat dilihat dari berbagai dimensi. Menurut Samsul Munir Amin melihat era milenium ketiga merupakan kelanjutan adanya era globalisasi, yang pada milenium ini muncul kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maha dahsyat karena adanya akselerasi penyebaran informasi yang luar biasa, yang mampu menyebarkan kabar keseluruh dunia dengan sekejap saja.

Disadari atau tidak, bersama dengan derasnya arus globalisasi yang tidak dapat dikendalikan itu, kamajuan-kemajuan itu secara meyakinkan mengubah dan mengarahkan kebudayaan kita dan melebihi angan-angan kita. Yang terkena dampak modernitas kehidupan ketiga, sikap keagamaan pun di masyarakat kian berubah.

Menghadapi modernitas atau jargon yang meng-image-kannya, para aktifis dakwah akan dihadapkan pada persoalan yang diklasifikasikan sebagai berikut, pertama: persoalan internal, berkaitan dengan bagaimana umat Islam memahami ajaran Islam baik (normatif) ataupun (historis). Kedua persoalan eksternal; bahwa dalam realitanya Islam selalu berhadapan dan berinteraksi dengan kenyataan-kenyataan lain diluar Islam.

Setelah melalui penelitian mendalam penulis akan membahas Pemikiran Amrullah Ahmad Tentang Dakwah Islam. Namun selama penulis melakukan pencarian ternyata belum ada penelitian yang membahas Pemikiran Dakwah Islam menurut Amrullah Ahhmad.

F. Kerangka Teori

Dalam penelitian dakwah yang bersifat kualitatif, fungsi paradigma dan teori bukan ditujukan untuk membentuk fakta, malakukan prediksi dan tidak pula menunjukan hubungan dua variable sebagaimana halnya dalam penelitian kauntitatif, melainkan lebih banyak ditujukan untuk mengembangkan konsep dan pemahaman serta kepekaan peneliti. Pertama-tama penulis membaca karya-karya beliau dalam mencari pokok bahasan yang dijadikan konsep awal, untuk dapat dirumuskan secara empiris.

Untuk keperluan menjawab permasalahan tersebut, maka penulis mencari landasan filosofi dan epistimologi. Kemudian setelah itu menjabarkan kerangka keilmuan yang selanjutnya digunakan untuk menata, mengkaji dan mengembangkan teori.

Dengan menggunakan analisa teori sistem dakwah masalah-masalah dakwah yang kompleks dapat dirumuskan, proses dakwah dapat diketahui alurnya, hasil-hasil dakwah dapat diukur dan dianalisa, umpan balik kegiatan dakwah dapat dinilai dan fungsi dakwah terhadap sistem kemasyarakatan (lingkungan) dapat diketahui dan dianalisa. Demikian juga dampak perubahan dari sistem politik terhadap sistem dakwah dapat diidentifikasi secara jelas. Oleh karena itu, metode ini sangat tepat sekali untuk pengembangan konsep dan teori dakwah dalam rangka pengembangan keilmuan dakwah. Sedangkan secara praktis metode ini sangat bermanfaat bagi perumusan kebijakan dan program dakwah islam[22]. Hingga akhirnya penulis dapat mengambil kesimpulan, pemahaman dan penalaran dalam mengkaji pemikiran dakwah Islam Amrullah Ahmad.


G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Ditinjau dari objek kajian dan tempatnya, peneliti masuk kategori penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan studi terhadap buku-buku yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas secara deskriptif-analitik malalui kajian filosofis dengan pendekatan kualitatif rasionalitik. Sehingga data-data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku, makalah, artikel dan berbagai karya ilmiah yang telah dihasilkan oleh Amrullah Ahmad, dalam hal ini terutama karya ilmiah tentang sistem dakwah.

2. Sumber Data

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber informasi langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan data. Sumber semacam ini disebut pula first hand sources of information atau sumber pertama.[23]

Yang menjadi sumber primer adalah karya-karya ilmiah Amrullah Ahmad, yaitu:

1. Amrullah Ahmad, (Ed), Dakwah Islam dan Perubahan Sosial (Seminar dan Diskusi), (Yogyakarta: PLP2M), 1985.

2. Amrullah Ahmad, Makalah Konstruksi Keilmuan Dakwah dan Pengembangan Jurusan-Konsentrasi Studi, Unit Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, (Semarang 19-20 Desember), 2008.

3. Amrullah Ahmad, Sistem Dakwah Islam “Analisa Terhadap Dakwah Nabi Muhammad Saw, Desertasi tidak dipublikasikan, Jakarta: 2008.

4. Amrullah Ahmad, Format Strategi Dakwah yang Antisipatif di Tengah Gelombang Kapitalisme Global, Materi Kajian Iktikaf Ramadhan Padepokan Budi Mulia, 09 Oktober 2007 di Jogjakarta.

5. Amrullah Ahmad, Dakwh Islam sebagai Ilmu Sebuah Kajian Epistimologi dan Struktur Keilmuan Dakwah, “Makalah tidak dipublikasikan” 1993.

b. Sumber Skunder

Sumber sekunder adalah sumber informasi yang diperoleh bukan dari sumber yang pertama atau sumber yang memiliki data dan ia sendiri memperoleh data tersebut dari pihak atau orang lain, baik dalam bentuk tulisan, salinan, turunan ataupun sumber data yang dimiliki oleh bukan orang pertama.[24] Adapun yang menjadi sumber sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, majalah, artikel yang relevan dan yang mendukung penyempurnaan data dari sumber pertama.


3. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mencari data yang berkaitan dengan masalah yang bersumber dari buku, transkip, catatan, majalah, surat kabar, televise, Situs Internet dan lain-lain. Dalam sekripsi ini, menggunakan dokumentasi berupa buku, majalah dan karya ilmiah.

b. Metode Wawancara (Interview)

Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berdasarkan tujuan penelitian.[25] Interview penulis lakukan dengan Amrullah Ahmad untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pemikirannya tentang dakwah isalam, sekali gus cross chek terhadap pemikiran Amrullah Ahmad yang telah penulis identifikasi dari setiap karya tulisnya, baik yang berbentuk buku maupun dalam bentuk karya tulis yang lainnya.

4. Metode Analisa Data

Dalam analisis data, penulis menggunakan metode content analisis (analisis isi) yaitu metode yang digunakan untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan situasi dan kondisi masyarakat ketika penulis membuat karya tersebut.[26] Metode ini penulis gunakan dalam rangka untuk menggali dan mengungkap seluruh pokok-pokok Pemikiran Amrullah Ahmad Tentang Dakwah Islam yang tertuang dalam karya-karya Amrullah Ahmad, baik berbentuk buku maupun karya tulis yang lain.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mencerna masalah-masalah yang akan dibahas, maka penulis menyajikan sistematika penulisan sekripsi, sebagai berikut:

Bab Pertama, diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan gambaran umum penelitian ini yang meliputi: pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab Kedua, diuraikan secara sistematis sistem dakwah yang meliputi, Pengertian Sistem Dakwah, Unsur Dakwah.

Bab Ketiga, dikemukakan tentang Sejarah singkat dan riwayat pendidikan Amrullah Ahmad, Aktifitas dan karir Amrullah Ahmad, Karya Ilmiah, Kondisi sosial politik karya amrullah Ahmad dan pola pemikiran Amrullah Ahmad.

Bab Keempat, dikemukakan mengenai sistem dakwah menurut Amrullah Ahmad, meliputi: Unsur-Unsur Dakwah Menurut Amrullah Ahmad, Landasan Dalam Membangun Sistem Dakwah, Urgensi Sistem Dakwah, Subsistem Dalam Sistem Dakwah, Aplikasi Sistem Dakwah.

Bab Kelima, adalah penutup yang meliputi kesimpulan dari penelitian ini, saran-saran dan kata penutup.



[1] Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana), 2004. hal. 1

[2] Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah), 2009. hal. xx

[3] Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: al-Amin dan IKFA Sunan Kalijaga), 1996. hal. 14.

[4]Hasan Al-Bana, Bai’at Jihad & Dakwah, (Yogyakarta: Nurma Idea Media), 2004. hal.103-104.

[5] Rosyidi, Dakwah Sufistik Kang Jalal, (Jakarta: Paramadina), 2004. hal.1-2.

[6] Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Karya Insan Indonesia), 1989. hal. 79.

[7]Abdul Basit, Dakwah Antar Individu Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press bekerjasama Grafindo Literia Media), 2008. hal. 1.

[8] Abdul Basit, Dakwah Antar Individu… hal. 7.

[9] M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), 2000. hal. 6.

[10] M. Fajrul Munawir, Jurnal PMI “Dialektika Islam Liberal dan Islam Fundamental” Catatan Pinggir Bagi Desain Pengembangan Masyarakat Islam. Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, (Yogyakarta), 2005. hal.34.

[11] Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: Logos), 1999. hal. 45.

[12] Abdul Basit, Dakwah Antar Individu…, hal. 2.

[13] Amrullah Ahmad, (Ed)., Dakwah Islam dan Perubahan Sosial (Seminar dan Diskusi), (Yogyakarta: PLP2M), 1983. hal: 12-14.

[14] Amrullah, Ahmad, “Konstruksi Keilmuan Dakwah dan Pengembangan Jurusan-Konsentrasi Studi”, Makalah, Unit Fakultas dakwah IAIN Walisongo, (Semarang 19-20 Desember 2008). hal. 43.

[15] Amrullah, Ahmad, “Konstruksi Keilmuan Dakwah”, Makalah…, hal.17.

[16] W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka), 1976. hal. 752.

[17] Amrullah Ahmad, “Konstruksi Keilmuan Dakwah”, Makalah…, hal.15.

[18] Amrullah, Ahmad, “Konstruksi Keilmuan Dakwah dan Pengembangan Jurusan-Konsentrasi Studi”, Makalah, APDI Unit Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, (Semarang 19-20 Desember). 2008. hal. 8.

[19] Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah…, hal. 4.

[20] Asep Muhyiddin, Dakwah dalam Persepektif al-Qur’an, (Bandung: CV Pustaka Setia), 2002. hal. 239.

[21] Rosyidi, Dakwah Sufistik…, hal. 32-33.

[22] Amrullah, Ahmad, “Konstruksi Keilmuan Dakwah”, Makalah…, hal. 4.

[23] Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa), 1987. hal. 42.

[24] Soejono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Raja Grafindo), 2001. hal. 12.

[25] Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Andi Offset), 1995. hal. 193.

[26] Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press), 2001. hal. 68.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar